Wacana PUBG Haram, Tepat atau Berlebihan?


Selepas kejadian pembantaian penembakan oleh teroris di 2 Masjid di Christchurch, Selandia Baru, gim online bergenre battle royale Playerunknown's Battle Grounds atau biasa diucap dengan singkatannya "PUBG" (baca : pab-ji) menjadi sorotan publik Asia. Genre battle royale merupakan genre gim yang terbilang bukan baru namun baru hits sejak kemunculan PUBG pada Maret 2017, adalah konsep permainan yang terdiri atas sejumlah pemain (misal 100 pemain) yang ditempatkan di suatu daerah di mana masing-masing pemain saling bertarung untuk dapat menjadi yang terakhir bertahan. PUBG tidak sendirian dalam genre gim yang satu ini, ada Fortnite, Free Fire, Apex Legends, dan masih banyak lagi gim battle royale lainnya.

PUBG yang baru saja menyandang Game of The Year 2018 di Steam dan Game Terbaik 2018 di Google Play ini menjadi bahan perdebatan di negara-negara Asia seperti Malaysia, India, dan Indonesia.

Di Malaysia, terjadi perdebatan akan wacana fatwa haram untuk game PUBG. Mufti Negri Sembilan, Datuk Mohd. Yusof Ahmad menjadi satu di antara pihak yang menggulirkan wacana tersebut. Katanya, PUBG mendorong pemainnya untuk menikmati perang, bertarung, dan menikmati aktivitas yang ganas. Dia mendorong pemerintah mengambil langkah tegas berupa pemblokiran gim ini di wilayah Malaysia. Usulan ini ditolak oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq yang berkata bahwa permainan bukanlah hal utama penyebab hal-hal yang dikhawatirkan tersebut. Justru dengan adanya gim-gim seperti ini, dapat mendorong lahirnya atlet-atlet e-sports Malaysia.


Rupanya kehebohan tersebut juga merembet ke negara tetangganya yakni negara kita, Indonesia. Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah menggodok wacana fatwa haram untuk gim PUBG dan sejenisnya. Pastinya, hal ini menjadi ramai mendadak di kalangan generasi milenial Indonesia mengingat perkembangan dunia e-sport tanah air tengah subur-suburnya.

Perkembangan dunia e-sport di Indonesia akhir-akhir ini semakin pesat dan makin banyak peminatnya, baik sebagai pemain profesional ataupun sekadar sebagai pengikut dan penonton setia. Kompetisi semakin banyak, gim yang dikompetisikan semakin beragam, dan pemain serta penonton yang semakin antusias menjadi bukti akan hal tersebut. Tidak percaya? Silakan Anda cek berapa jumlah penonton siaran langsung kompetisi e-sport di Youtube atau platform lain atau sekadar streaming gim dari para streamer gim Indonesia. Saya pernah menemui streaming gim mencapai 40 ribu penonton pada pukul 01.00 dini hari.

Apakah tepat bila PUBG haram? Atau justru berlebihan dan kurang solutif?

PUBG merupakan satu dari puluhan bahkan mungkin ratusan gim-gim yang menyajikan aksi kekerasan di dalamnya. Gim-gim open world seperti Grand Theft Auto dan Mafia sebenarnya juga menyajikan aksi tembak - tembakan, pembunuhan ganas, dan bahkan pelecehan seksual. Gim perang (baik kisah fiktif atau kisah nyata), seperti Call of Duty series sebenarnya juga menampilkan aksi pembunuhan brutal baik dari sisi visual ataupun cerita, yang bahkan menurut saya lebih "sadis" daripada PUBG.

Lantas, mengapa harus PUBG, sedangkan gim-gim kekerasan terdahulu bisa lolos menghibur generasi milenial tanpa wacana pengharaman?

Dalam hal ini, penulis sependapat dengan Menpora Malaysia Syed Saddiq bahwa gim bukanlah gerbang utama yang dapat menjerumuskan pemainnya menjadi bersikap brutal, menikmati kekerasan, peperangan, dan pembunuhan. Justru edukasi religi dan pendidikan menjadi faktor utamanya. Bila seorang anak dididik dan diajarkan kebaikan serta agama yang baik dan tepat sejak dini, anak tersebut akan menjadi pribadi yang baik, dan sebaliknya.

Menurut saya bukan konten dari PUBG yang bermasalah. Dengan bermain gim online seperti PUBG para pemain justru dapat meningkatkan kemampuan komunikasi, melatih berpikir dan mengambil keputusan secara cepat dan tepat, wahana hiburan yang murah dan mobile, mendapatkan penghasilan tambahan, menambah jalinan pertemanan (dari yang awalnya tidak kenal sama sekali menjadi akrab), dan masih banyak lagi.

Justru poin penting dari gim-gim yang beredar di Indonesia adalah pada aspek "siapa yang berhak memainkannya" dan "kapan waktu yang tepat bermain". 

Mengenai siapa yang berhak bermain suatu gim, sebenarnya setiap gim telah memiliki label batasan usia yang diperkenankan memainkan gim tersebut. Sebagai contoh, berikut adalah beberapa tampilan label usia pada beberapa gim di beberapa platform.



Gambar pertama merupakan gim PS4 God of War yang didistribusikan di Amerika Utara & Selatan sehingga menggunakan standar rating usia Entertainment Software Rating Board (ESRB). Gambar kedua merupakan screenshot gim PUBG Mobile di Google Play. Tampak (meski sangat kecil) angka 16 yang menunjukkan usia minimal pengguna yang disarankan, dijelaskan pula di bagian deskripsi bahwa gim ini mengandung kekerasan. Ada banyak standar rating di dunia ini, untuk lebih lengkap kamu bisa baca di sini.

Namun, penampilan rating gim di platform-platform gim sejauh ini hanya sebatas saran dan bahkan tidak sedikit masyarakat yang tidak mengetahui tentang hal ini sama sekali sehingga banyak anak-anak di bawah umur yang memainkan gim GTA V, PUBG, Counter Strike, dan teman-temannya. Sangat disayangkan pula, kurangnya peran serta orang tua dan keluarga dalam memonitor dan mengontrol aktivitas bermain virtual anak-anaknya yang semakin membuat rating gim hanya sekadar "penghias" cover disc belaka.

Andai pemerintah dalam hal ini Kominfo, tempat unduh gim seperti Google Play, dan keluarga bisa berkolaborasi dengan baik, permasalahan "siapa boleh bermain apa" dapat terselesaikan. Andai pihak Google yang sebenarnya mengetahui usia penggunanya (dengan data diri yang kita masukkan ke database mereka) memiliki kebijakan unduh yang memperhatikan rating yang ia tampilkan, tidak akan ada user anak-anak yang bisa mengunduh gim PUBG Mobile. Andai orang tua dan keluarga sadar betul betapa berbahaya konten gim bila tak sesuai dengan usia anak, sehingga orang tua mengawasi betul aktivitas bermain gim anak-anaknya mulai dari memilihkan gim yang tepat hingga menemani anak bermain gim, anak-anak akan mendapatkan 2 manfaat sekaligus : merasakan kehangatan keluarga dan keasyikan + belajar sesuai usianya di dalam gim yang dimainkan.

Isu berikutnya adalah masalah waktu dan durasi yang tepat dan bijak dalam bermain gim. Kita sama-sama sepakat bahwa segalanya menjadi tidak baik bila dilakukan secara berlebihan. Senada dengan Ariel Noah waktu diundang sebagai pengisi acara PMCC (PUBG Mobile Campus Competition) Indonesia 2019 lalu, dia berkata bahwa semua hal di dunia ini bila berlebihan akan menjadi tidak baik, termasuk bermain PUBG (atau secara general, bermain gim). Banyak pemain gim yang rela tidak tidur karena ketagihan nafsu bermain gim favoritnya. "Push rank", istilah yang mereka gunakan untuk meningkatkan rank mereka di dalam gim. Tiap malam selalu push rank. Sampai lupa tidur dan makan tidak teratur. Sampai lupa belajar, lupa tugas, tidak fokus sekolah dan bekerja. Tidak produktif. Inilah hal yang berbahaya.

PUBG Mobile di India bisa menjadi contoh yang baik dalam mengatasi isu ini. Tencent selaku pengembang PUBG Mobile membuat aturan pembatasan durasi bermain gim PUBG Mobile di India hanya 6 jam dalam sehari. Setelah bermain selama 6 jam, pemain tidak dapat masuk (sign in) di gim dan baru bisa bermain kembali keesokan harinya. Kebijakan ini diterapkan setelah Tencent mendapatkan ancaman pemblokiran di India, salah satu negara yang menjadi ladang terbesarnya mendulang laba, karena banyaknya laporan dari orang tua yang nilai anak-anaknya turun karena terlalu intens bermain PUBG dan adanya penangkapan 10 mahasiswa di Gujarat karena bermain PUBG yang telah dinyatakan terlarang di negara bagian India tersebut.

Aturan tersebut rasanya layak diterapkan pula di Indonesia. Andai Kominfo bisa mengambil langkah tegas kepada para pengembang gim terutama gim-gim online favorit di Indonesia seperti Moonton dengan Mobile Legends-nya, Tencent dengan PUBG Mobile-nya, Garena & 111dots Studio dengan Free Fire-nya, dan lain-lain, bukan tidak mungkin aturan serupa PUBG di India bisa diaplikasikan di Indonesia. Tidak akan kita jumpai lagi, anak-anak, mahasiswa, atau bahkan seorang dewasa rela begadang, kurang tidur bahkan tidak tidur hanya untuk sekadar memenuhi nafsu push rank. Setiap pemain gim akan menjadi lebih produktif dan lebih bijak dalam memanfaatkan 24 jam waktu yang diberikan Allah swt setiap harinya.

Main gim asyik kok, tapi ingat waktu ya.

Komentar

Postingan Populer